REVOLUSI MENTAL 2021

 REVOLUSI MENTAL

   اِقْرَاْبِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَق
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.
Sebetulnya konsep إقرأ suat Al-Alaq itu adalah doktrin yang tidak boleh ditawar-tawar lagi. Dengan kalimah Iqro’ menunjukkan perintah pada Baginda Rasulullah, agar disampaikan pada umatnya berupa perintah membaca. Sebagai umat wajib mengikutinya sebagai asas pertama menjalankan syariah agama Islam. Pengertian atau pemahamannya adalah perintah belajar membiasakan membaca pujian nama, sifat dan af’al Allah SWT dan tidak merasa tertekan sehingga lambat laun bisa meresap dalam hati dan menjadi manusia yang ingat pada Tuhannya, kemudian bisa mengagungkan-Nya dan mereka merasa hina dan lemah dihadapanNya, akhirnya bisa menumbuhkan rasa taat, patuh, tunduk, takut dan pasrah kepadaNya. Hakikat pertama Al-Quran yang diterima oleh Rasulullah s.a inilah yang terus mengawal perasaannya, mengawal lidahnya, mengawal tindak-tanduknya di sepanjang hidup. Dan inilah ulasan bagian awal dari surah ini, sedangkan bagian lainnya adalah jelas diturunkan selepasnya. Ia mengisyaratkan kepada beberapa situasi dan peristiwa yang berlaku dalam sirah Rasulullah s.a pada masa-masa kebelakangan yaitu selepas beliau diperintah menyampaikan da’wah dan mendirikan ibadat solat secara terang-terangan. Untuk umat Islam saat ini teruskan ibadah yang sudah dilakukan seperti shalat akan tetapi jangan sampai lupa taati perintah Allah membaca Asmaul-Husna.    
Nama Tuhan itu Allah, dan Dia mempunyai Nama yang bagus yaitu, Asmaul-Husna yang menunjukkan pada Sifat sifat Nya. Dan Sifat sifat Allah SWT itu menunjukkan pada Af’alNya atau pekerjaanNya. Faham makna Asmaul-Husna maupun masih belum faham, maka agar tetap Iqro’ bacalah dan terus belajar. Demikian itu merupakan ketaatan pada petunjuk Allah dalam FirmanNya. Juga merupakan proses awal revolusi mental yang wajib dilakukan setiap umat manusia, sehingga mereka dapat dikategorikan manusia yang mulai ‘kenal kepada Tuhannya (arif billah), sehingga mereka dapat mengakui hidupnya ada Tuhan yang menghidupkan dan meyaqini bahwa Tuhannya itu namanya Allah yang disembah dan ditaati. Dan tidak akan ada rasa ketaatan dan kesadaran menyembah kepada Allah, ketika belum (ma’rifah) kenal  kepada Tuhan yang disembahnya. Andaikan ada rasa berat atau tidak mau taat kepada Allah SWT, maka tiada lain karena belum atau kurang adanya kenal kepadaNya. Dan dapat dikategorikan ‘arif kepada Allah SWT ketika sudah tahu nama-namaNya yang bagus, sifat-sifatNya yang maha Suci, maha Luhur dan pekerjaanNya itu tanpa ada persekutuan dengan siapapun dan tidak ada yang dapat menandingiNya.Dan didalam sifat-sifat manusia itu ada bayangan Sifat-sifat Allah. Begitu juga wujud ruh manusia yang gaib itu memberi kita sedikit pemahaman sebagai alat untuk mempermudah memahami tentang wujud Allah yang AbsolutKeberadaan Allah dan ruh itu tidak kelihatan namun ada, tidak bisa dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan, tidak tunduk kepada ruang dan waktu, diluar kemampuan kuantitas (jumlah) dan kualitas, dan tidak bisa diperkirakan dengan bentuk, warna atau ukuran. Maka hendaknya memakai hati dan kenyataan indera manusia itu tidak akan mampu menemukan.  Sebagaimana telinga kita tidak dapat megenal warna, dan mata kita tidak dapat mengenal bunyi, maka begitu jugalah mengenal Ruh dan Allah itu bukanlah dengan memakai indera. Allah itu adalah Pemerintah alam semesta raya ini. Dia tidak tunduk kepada ruang dan waktu, kuantiti dan kualiti, dan Dia menguasai segala makhluknya. Begitu juga ruh itu memerintah tubuh dan semua anggota manusia. Ia tidak bisa dilihat, tidak bisa dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan tidak tunduk kepada tempat tertentu. Membiasakan membaca pujian kepada Allah SWT, maka lambat laun ucapan tersebut akan menjadi keyakinan iman serta akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi diri manusia. Sebab didalam dirinya sudah terukir dan tertanam satu keyakinan kuat kepada Sang Khalik yang Maha Kuat, tempat bergantungnya semua mahluk kepada-NyaDi sebagian kalangan umat ada yang mengira dan memahami bahwa bahasa istilah Ma’rifah itu ilmu  hanya bisa di miliki oleh Waliyyullah atau Kiyai, sebab ilmu Ma’rifah adalah ilmu yang sangat dalam dan tinggi. Tidak sembarang orang diperbolehkan mempelajari bahkan sampai membicarakan Ma’rifah saja tidak boleh karena bukan maqamnya. Pemahaman atau pendapat perkiraan seperti ini kurang tepat dan kurang sesuai dengan petunjuk awal atau konsep awal dari Allah SWT yang termaktub dalam surah Al Alaq (Iqro’), Imam Ghozali dalam muqaddimah Kitab Bidayatul Hidayah dan beberapa kitab Tauhid seperti Sarhul Aqidah Thohawiyah justru banyak menyinggung betapa pentingnya kita memahami Ilmu Ma’rifah. Lewat ilmu ini akan membantu manusia memahami jati dirinya dihadapan Sang Khaliq. Jadi jelaslah bahwa wajib hukumnya bagi manusia, terlebih bagi orang muslim belajar ilmu Ma’rifah untuk mengenal pada Allah SWT sebagai Dzat yang tunggal. Lewat membaca dan menghafal nama-nama, sifat-sifat dan pekerjaan Nya dapat terukir dan tertanam kuat dalam memori otaknya. Maka hal tersebut akan mengarahkan manusia pada suatu jalan yang benar dan bersih sesuai dengan fitrahnya (asal muasal manusia diciptakan-Nya).
Begitulah anjuran yang seharusnya kita amalkan dalam belajar  ma’rifah mengenal Tuhan Allah SWT dan Tauhid. Maka bila diri kita membaca dahulu Asma’ul Husna, sifat sifat Tuhan Allah yang berjumlah 20 dan pekerjaan-Nyamaka pemahaman terhadap ilmu ma’rifah akan mudah terbuka dan disanalah sesungguhnya manusia akan mulai mengenal betapa hidup ini tidak akan berarti bila tanpa mengenal Tuhan. Imam Thohawi pernah mengatakan dalam kitab Syarhul ‘Aqidah Thohawiyah:
اَوَّلُ مَا يَجِبُ هُوَ مَعْرِفَةُ الإِلَهِ              
       Artinya: Awal kewajiban bagi setiap manusia yaitu mengenal Tuhannya.

Dan tidak bisa di katakan orang itu kenal Tuhan kalau ia tidak mengetahui nama sifat dan pekerjaan Tuhan. Sebagai contoh, kalau kita sudah kenal Tuhan, maka kita akan mudah selalu ingat kepada-Nya. Dalam kehidupan sehari hari kita bisa terapkan bahwa diri kita ingat terhadap seseorong bilamana kita sebelumnya mengenal atau pernah kenal dengan orang tersebut. Adapun bila kita sama sekali tidak pernah mengenalnya maka sangat mustahil bagi kita untuk bisa mengingatnya. Membaca berulang-ulang dan menghafal serta memahami asma’ wassifat waaf’alullah akan menambah Ma’rifah dan membuat pikiran manusia akan jernih dan lapang.Amaliah membaca Asmaul Husna itu bisa menjadikan suatu alat untuk membersihkan diri dari fikiran-fikiran jahiliah dan mengobati fikiran yang resah serta bingung atau setres seperti yang banyak melanda pada umat manusia saat ini. Mengobati penyakit fikiran diotak sangat jauh berbeda dengan mengobati penyakit Jasmaniah. Penyakit Jasmaniah akan sangat mudah diobati dengan resep atau obat dari dokter lewat hasil pemeriksaan sebelumnya. Sementara itu, penyakit fikiran atau kesalahan akal manusia yang menolak ajaran ilahiah akan lebih sulit mengobatinya. Sebab penyakit fikiran semacam ini tidak mudah dideteksi seperti penyakit jasmani, di butuhkan terapi secara khusus lewat orang-orang tertentu yakni orang shalih atau para ulama yang punya kedekatan kuat dengan Allah sebagai Tuhan yang Maha ber-Kehendak. Dan Dialah Sang Penciptanya Allah Robbul alamin yamg mampu mengobatinya, sementara selain-Nya tidak akan mungkin mampu mengobati jika tidak ada izin dari- Nya. Maka dari itu Allah SWT perlu kita rayu dan kita panggil sendiri dengan menyebut atau membaca nama sifat dan pekerjaa-Nya lewat Asmaul Husna, dengan berulang-ulang, sehingga mendapat tanggapan dari-Nya kasih sayang dan pertolongan-Nya, kemudian Dia berkenan membersihkan dan mengobati penyakit fikiran yang diderita. Dan akhirnya, otak akal fikiran menjadi sehat dan terarah bisa ma’rifat kepada Allah S WT. Ketika manusia ingin kenal ma’rifah pada Tuhannya maka taati dan praktekkan parintah-Nya yang pertama, mudah, terarah dan pasti yaitu, Firman-Nya Iqro’ ,,Bacalah Asmaul-Husna dilisan dahulu dan jangan hanya diangan angan dan dibatin,,. Praktek ini merupakan suatu bacaan yang standart dalam tafsir Iqro’ qauliyah ayat 1 Surat Al-Alaq terlebih dahulu wajib dilakukannya.   Faham makna Asmaul-Husna maupun masih belum faham, maka agar tetap dibaca dan terus belajar. Ini merupakan proses awal revolusi mental dengan mengenal Allah, Ma’rifah nama sifat dan karya Tuhan Sang Pencipta. Cepat/lambat membaca dan pujian itu bisa menjadi pencuci otak yang kotor. Selanjutnya baru ada perubahan positif, terlihat wujudnya harapan kedua orang tua. Bahkan harapan sesepuh, seperti para Ulama’ dan pahlawan pendiri bangsa kepada semua umat, yaitu warga negara: ber-Ketuhanan yang maha Esa. Jikalau sudah ber-Ketuhanan, percaya adanya Allah SWT maka mereka mulai sadar menjalankan perintah Allah dan menjahuhi laranganNya. Dan ada tradisi yang sangat berbahaya, manusi membuat dan mengakui tuhan tuhanan selain Allah SWT. Seperti, bekerja dan meyaqini uang itu kuasa, uang adalah segala galanya, uang dapat menentukan hukum jabatan serta kebahagiaan. Uang bisa menandingi dan mengalahkan kekuatan dan kekuasaan Allah. Subhanallah Allahu Akbar, Allah Maha Agung Tuhan yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Tradisi tadi ketika sudah menjadi  budaya dan tidak disadari akibatnya maka dapat menjerumuskannya kelembah kenistaan, kehinaan dan kesengsaraan didunia bahkan diakhirat, sehingga sampai masuk penjara dan masuk neraka. Na’udzu billahi min dzalik. Sebenarnya uang hanyalah sekedar sarana pengganti dari sebagian kebutuhan hidup manusia yang semu dan terbatas. Hidup manusia diperintah Allah agar mengikuti petunjuk-petunjukNya, berusaha mengalir taat dan ikhtiyar, artinya: memilih pekerjaan yang baik serta mampu modal dan pikirannya, juga mereka dapat melakukan. Pekerjaan dan hasil itu adakalanya sesuai dengan keinginan manusia dan adakalanya tidak sesuai keinginan mereka. Allah Arrazaq yang menentukan nasib pekerjaan apa yang diberikan atau dipinjamkan kepada mereka, dan seberapa rizqi yang diberikan Allah kepadanya. Berarti manusia tidak dapat memaksakan dan menentukan sendiri. Jadi manusia tidak beda seperti halnya robot yang tak punya daya kemampuan apa apa, ia hanya mengikuti remot kehendak yang empunya. Kalau sudah memahami demikian, baru mereka menjadi manusia bermental baja, tidak mudah terpengaruh oleh godaan gemerlapnya duniawi dan rayuan syetan yang menyesatkan, mereka kuat mentalnya, tidak goyah tetap tenang dan terarah. Bila demikian maka mereka akan kembali menjadi manusia yang fikirannya bersih sesuai dengan fitrahnya. Manusia yang mengenal terhadap Sang penciptanya, maka akan membentuk pribadi sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Dan didalam S Al-Alaq terdapat susunan yang cukup selaras di antara bagian bagiannya dan cukup teratur dalam penyusunan hakikat hakikat yang di-bicarakannya selepas bagian awal. Dan menjadikan keseluruhan surah ini satu unit yang padu dan rapat hubungannya. Mereka tidak terpengaruh oleh tradisi zaman Jahiliyah modern saat ini yang merusak mental.

Komentar