REVOLUSI SPIRITUAL 2021

 


Revolusi Spiritual
اِقْرَاْوَرَبُّكَ اْلاَكْرَمُ الَّذِي عَلَّم بِالْقَلم 
Bacalah dan Tuhanmu Pemurah mengajarkan dengan pena
Allah SWT mengulangi firmanNya اِقْرَا  dengan memperkokoh dalam satu surat dua kali. Jadi kita manusia sebagai hambaNya, hendaknya memahami betapa pentingngnya kita harus membaca membaca dan membaca yang membutuhkan waktu dan ketekunan disiplin ilmu. Dan tidak sekedar membaca dan pokoknya sudah membaca. Apa yang dibaca? Terus bagaimana?. Kemudian Allah SWT melanjutkan FirmanNya:  وَرَبُّكَ اْلاَكْرَمُ Dan Tuhanmu Pemurah / Mulia / Dermawan. Minta atau tidak minta Allah memberi, Allah maha Pemurah dan maha Mengetahui sesuatu yang dibutuhkan Rasulullah saat masih hidup sebagai utusan sehingga Beliau diberi dan diajari Al-Qur’an yang ditulis dengan pena الَّذِي عَلَّم بِالْقَلم di daun kurma, kulit, batu dll sebagai pegangan Syariah bagi umatnya. Dan Allah SWT maha Mengetahui juga sesuatu yang akan datang ketika Beliau sudah wafat meninggalkan Shahabat dan umatnya sehingga Allah SWT menjadikan mentaqdirkan para Imam Imam dan Ulama’ Salaf yang sudah diakui dan diikuti kebanyakan umat Islam dapat menerangkan Syari’ah Rasulullah pada umat sesuai dengan bahasa, tradisi dan budayanya masing masing dan mereka menulis dalam kitab kitab yang banyak dipelajari dipondok pesantren salafiyah. Sedangkan Rasulullah menerangkan Syariah dizamannya memakai bahasa dan budaya Arab. Hal itu tiada lain karena sifat akram Allah.
Mengulang-ulang membaca Al-Quran Surat Al-Alaq dapat menimbulkan penafsiran baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta  kesejahteraan batin. Berulang-ulang "membaca" Asmaul-Husna membaca alam raya, maka dapat membuka tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta menambah kesejahteraan lahir.   Al-Quran S Al-Alaq yang kita baca dewasa ini tak sedikit pun berbeda dengan ayat Al-Quran yang dibaca Rasulullah saw dan generasi terdahulu. Alam raya pun demikian juga, namun pemahaman, penemuan rahasia, serta limpahan kesejahteraan-Nya terus berkembang, dan itulah pesan yang dikandung dalam Iqra' wa Rabbukal akram (Bacalah dan Tuhanmu  yang paling Pemurah). Atas kemurahan-Nyalah kesejahteraan demi kesejahteraan tercapai. Sungguh, perintah membaca merupakan sesuatu yang paling berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat manusia. "Membaca" dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat utama membangun peradaban. Semua peradaban yang berhasil bertahan lama, justru dimulai dari satu kitab (bacaan).
Kita bisa kenal ma’rifah pada Allah, menyadari jati diri hakikat dan Napak Tilas Nabi menjalankan kehidupan lewat syir’ah dan minhaj para Ulama’ dan guru tiada lain karena jasa tuntunan Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah diajari Allah SWT dengan Al-Quran. Yang mana Al-Quran itu sebagai akhlaq dan syariah baginda Rasulullah Muhammad SAWBeliau mengajarkan akhlak dan syariah kepada sahabatnya. Kemudian para sahabat  mengajarkan akhlak dan syariah kepada para tabiin (pengikut sahabat), dan para tabiin mengajarkan akhlak dan syariah kepada tabiit tabiin (pengikut para tabiin). Dan pada saat itu pendapat dan pemahaman sangat banyak sekali bermunculan di mana-mana, sehingga cukup membuat resah kaum muslimin, bahkan pernah terjadi peristiwa yang memilukan dengan terjadinya peperangan dan pertumpahan darah hanya karena adanya perbedaan pendapat atau aqidah seperti Tragedi Karbala dan lain lainnya.
Namun Alhamdulillah tidak lama kemudian bermunculan para Ulama dan Imam seperti Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Ghazali dan Imam Ulama lainnya, mereka membuat beberapa terobosan minhaj/metode penerangan Syariah Islam diantaranya yang terkenal dengan bahasa istilah (Syariat Thoriqot Hakikat Ma’rifat dll, penggalian dari S.Al-Alaq) serta menerbitkan kitab dan membuat beberapa kumpulan Thariqat, sehingga mulai hilanglah keresahan umat saat itu. Baru kemudian Islam kembali berkembang dan menyebar hampir ke seluruh dunia sehingga ajaran Islam bisa sampai ke tanah Nusantara yang disebarkan oleh para Wali dan Sunan. Setelah wafatnya para Wali dan Sunan diteruskan oleh para ulama, kyai, dan guru sehingga bisa sampai pada kita ajaran akhlaq dan Syariah Islam yang di ajarkan oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW.
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَي شَرِيْعَةٍ مِنَ اْلاَمْرِفَاتَّبِعْهَاوَلاَ تَتَّبِع أَهْوَآءَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ الله شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِيْنَ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْض وَاللهُ وَلِيُّ اْلمُتَّقِيْنَ
Artinya: ”Kemudian Kami jadikan kamu (Muhammad) berada diatas suatu syariah (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariah itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertaqwa (menjaga Syariah agamanya)“.  (Q.S.Al-Jaatsiyah: 18).
Al-Quran juga pernah menegaskan bahwa para nabi telah pernah diangkat janjinya untuk percaya dan membela Nabi Muhammad SAW. "Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi, 'Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan kamu, niscaya kamu sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya. Allah ber-firman, Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang demikian itu? Mereka menjawab, Kami mengakui. (QS Ali'Imran 3: 81).
Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW. bersabda, "Demi Allah yang jiwaku berada pada genggaman-Nya, seandainya Musa a.s. hidup, dia tidak dapat mengelak dan mengikutiku" (HR Imam Ahmad).
Perjalanan dakwah Rasulullah dalam menyampaikan ajaran Islam berjalan dengan tahapan-tahapan atau etape dakwah. Di mulai dari Mekkah kemudian baru keMadinah dengan rentan waktu dalam penelitian sejarah berkisar 23 tahun lamanya. Setelah itu pasca dakwah beliau dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan akhirnya Islam terus berkembang ke penjuru dunia. Namun demikian, penyebaran dakwah ini juga mengalami beberapa warna semisal para sahabat yang ditugaskan ke daerah-daerah lain menyebarkan dakwah mempunyai corak-corak tersendiri disesuaikan dengan tingkatan ilmu yang dimilikinya. Akibatnya bisa kita lihat dari bermunculannya madzhab dalam islam. Namun, hal ini tidak patut kita perselisihkan karena Islam telah menghargai perbedaan dalam kemampuan sesorang, terlebih para Imam mazhab juga telah bersepakat tidak mustahil dari pendapatnya ada kekurangan. Belakangan yang menjadi persoalan di kalangan umat adalah mereka terkotak-kotak dengan fanatisme mazhab sehingga merasa paling benar dan suka menyalahkan pendapat orang lain, dan tak jarang mereka tidak mau menyapa sekalipun sesama muslim. Ini adalah kekeliruan besar dan patut dihindari. Para Ulama’ dan kyai juga harus terus berupaya menyampaikan kepada umat mengenai bahaya yang akan dihadapi umat Islam yang terpecah-pecah. Hal ini akan memudahkan orang lain untuk menghancurkan Islam.
Banyak ajaran, thoriqoh dan aliran dan pendapat yang berkembang di tengah masyarakat yang beraneka ragam dan kadang kadang mereka merasa paling benar dan hebat. Kalau kita perhatikan dan cermati perselisihan, perbedaan ajaran dan pendapat yang runcing tak tarselesaikan yang menghawatirkan juga memprihatinkan saat ini, tiada lain karena adanya beberapa faktor yang jadi penyebab utama, diantaranya adalah:                    
1-Adanya kepentingan pribadi yang semu yang bisa mengalahkan kebenaran Syariah dan kepentingan umat demi kepentingan uang dan drajat, pengakuan atasan atau masyarakat. Pendapat yang karena kepentingan pribadi seperti itu bisa menjadikan pendapat itu tergantung pada pendapatan, tergantung seberapa pendapatan uang atau materi dan seberapa pendapat dan pengakuan atasan atau masyarakat. Penyakit kepentingan seperti itu jika tidak segera dibasmi sangat beresiko bagi orang yang terjangkit penyakit itu sendiri dan masyarakat, artinya bisa beresiko bagi pribadinya sendiri di dunia serta bisa bertentangan dengan hukum Allah, hukum alam dan hukum negara, di samping itu juga akan menimbulkan penilaian negatif terhadap Islam di masyarakat non muslim.
2-Adanya egosentrisme, pendapat yang dilandasi dengan harga diri yang tinggi seperti itu bisa menimbulkan keputusan pendapat yang  mengacaukan nilai kebenaran syariah. Artinya sifat ini harus dijauhi karena sejatinya merupakan racun berbahaya dan dapat menyesat kan umat. Orang yang memiliki egosentrisme merasa bahwa dirinyalah yang paling utama dan pendapatnya tidak bisa diganggu gugat, ia merasa paling tahu dan mengerti pada seatiap persoalan. Padahal, manusia itu mempunyai keterbatasan masing-masing yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Orang yang mempunyai sifat egosentrisme disebabkan kedangkalan fikirannya dan sesungguhnya hati mereka tertutupi oleh nafsu dan terbawa arus bisikan setan.
3-Adanya  adat  kebiasaan  yang  melekat  dengan lemahnya dasar yang benar dari konsep wahyu. Pendapat atas adat kebiasaan yang tidak diteliti dan dilandasi dengan dasar benar dari konsep wahyu, hanya mengandalkan hitungan perkiraan adanya atau katanya orang, orang tua dan orang dahulu saja. Jika kebiasaan adat tidak tepat ini dibiarkan menjalar bisa menjadikan timbulnya beberapa pendapat banyak sekali, karena banyaknya hitungan perkiraan yang kurang jelas, dan hanya berdasarkan pada nukilan kata orang tua dan orang dahulu tanpa ada upaya penelusuran lebih dalam lagi. Kalau sudah demikian akan menimbulkan dampak yang sangat negatif. Yaitu kebingungan dan keresahan umat karena banyaknya pendapat dan nantinya bisa menjadikan nilai kebenaran Syariah agama yang sempurna  dihadapan umat menjadi kacau.
Untuk mengurangi kenyataan banyaknya pendapat yang seperti itu tidak ada jalan lain kecuali menggali, menelaah, mengokohkan dan menekuni lagi Dasar Konsep Doktrin Wahyu dari Dzat Yang Maha Tahu dan Maha Benar yaitu firmanNya  Al-Quranul-Karim. Allah SWT sudah mengingatkan :
اَفَلاَيَتَدَبَّرُونَ اْلقُرأنَ اَوَلَوْكَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ الله لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا                               
Artinya: Apakah mereka tidak memperhatikan Quran? Kalau kira nya Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan perselisihan pendapat  yang banyak. (An Nisa’ ayat 82).
Banyaknya perselisihan atau ikhtilaf pendapat yang merebak di tengah  masyarakat saat ini, menurut keterangan ayat di atas tidak boleh dianggap sesuatu yang biasa, akan tetapi harus dihindari dan dicarikan solusinya dengan dialog dan musyawarah yang fair dan terbuka. Sudahkah pendapat itu tepat dan benar adanya menurut asas dasar didalam Al-Qur’an ?  Maka dari itu perlu kita kembali memperhatikan Al-Qur’an wahyu pertama dalam Q S. Al-Alaq yang artinya: Bacalah dan Tuhanmu yang Dermawan yang mengajar dengan pena.
Ayat di atas Allah SWT memerintahkan untuk membaca serta memperhatikan Al-Quran sebagai tapak tilas syariah baginda Rasulullah Muhammad SAW, juga menerangkan pada sifatNya yang mulya, dermawan, berarti Allah SWT sudah memberi isyarat akan memberikan sesuatu yang tak terduga saat baginda Rasulullah Muhammad SAW menerima wahyu. Hadirnya Al-Quran yang di perjelas pengajarannya dengan hadits dalam menuntun arah hidup manusia merupakan suatu nikmat yang sangat besar dan tak ternilai harganya. Untuk menjaga keselamatan dari kesesatan, hendaknya kita melakukan tapak tilas syariah Nabi, kita perlu berupaya menghafal dan mempelajari kedua-duanya. Sebab pada zaman dahulu orang-orang non muslim juga sudah berupaya keras untuk mengubah tulisan dan makna dari kedua kitab tersebut. Ada banyak ribuan hadist palsu yang pernah beredar, begitu juga ada penafsiran-penafsiran Al-Quran yang tidak menggunakan aturan aturan sebagaimana ulama terdahulu menyepakatinya. Ancaman adanya pemalsuan ini harus terus kita waspadai agar kita terhindar dari fitnah yang menyelewengkan ajaran dinullah ini. Guna mendapat kekuatan agar kita bisa terus istiqamah mengamalkan dan berdakwah di jalan Islam maka kita juga perlu memperbanyak membaca solawat dan salam pada baginda Rasulullah Muhammad s.a agar kita dapat syafaatnya, sebagai harapan pada Allah SWT dapat menjalankan syariah-Nya dengan tepat dan benar. Dan juga sebagai perwujudan menjalankan bagian siratan dari suratan ayat di atas yang menjadi asas agama Islam ke tiga. Pengingatan Allah SWT dalam firmanNya:
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اََيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikatnya membacakan sholawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman bacakanlah sholawat dan salam kepada beliau. QS.Al-Ahzab : 56
Dalam hal ini Al-Quran surat Alam Nasyrah ayat 4 menyatakan, "Sesungguhnya Kami pasti akan meninggikan namamu." Dalam ayat lain dinyatakan: "Wahai seluruh manusia, telah datang kepada kamu bukti yang sangat jelas dari Tuhanmu, dan Kami telah menurunkan cahaya (Al-Quran) yang terang benderang " (QS .Annisa'174).
Al-Quran mengakui secara tegas bahwa Nabi Muhammad SAW. memiliki akhlak yang sangat agung. Ada beberapa sifat Nabi Muhammad s.a. yang ditekankan oleh Al-Quran, antara lain, "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu (umat manusia), serta sangat menginginkan kebaikan untuk kamu semua, lagi amat tinggi belas kasihannya serta penyayang terhadap orang-orang mukmin" (QS Al-Taubah 9: 128). Begitu luas rahmat dan kasih sayang yang dibawanya, sehingga menyentuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk makhluk tak bernyawa. Sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Membuktikan bahwa beliau menghimpun dan mencapai puncak keempat macam manusia tersebut. Karya-karyanya, ibadahnya, seni bahasa yang dikuasainya, serta pemikiran-pemikirannya sungguh mengagumkan setiap orang yang bersikap objektif. Karena itu pula seorang Muslim akan kagum berganda kepada Beliau, sekali pada saat memandangnya melalui kacamata ilmu dan kemanusiaan, dan kedua kali pada saat memandangnya dengan kacamata iman dan agama.
Baginda Nabi Muhamad s.a.w adalah figur bagi muslimin yang wajib diperhatikan dan diikuti contohnya didalam menjalankan Syari’ah, napak tilas Nabi dengan belajar syariah kepada Ustad Kyai Ulama’ yang benar (Mursyid) dan dibarengi sering membaca shalawat dan salam pada Nabi Muhammad agar ingat pada syariahnya dan mampu menjalankan karena mendapatkan syafaat dari Beliau
Senang membaca shalawat dan salam dibarengi belajar Syariah Rasulullah pada Ulama’ adalah merupakan proses awal revolusi total. Ketika mayoritas umat warga Negara sudah berpegang teguh pada Syari’ah aqidah prilaku yang baik dan benar maka otomatis mereka memilih dengan tulus pemimpinnya dan pejabat yang baik dan benar. Dan pilihannya pasti mampu menciptakan beberapa hikmah kebijakan dan undang undang yang tepat, baik dan benar juga. Sehingga dapat terwujud berjalannya Sila yang ke tiga: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijakan dalam permusyawatan perwakilan. Dan tidak akan muncul lagi warga negara, pemimpin, wakil rakyat dan pejabat brengsek yang hanya menuruti hawa nafsu, mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya dengan membangun persekongkolan dalam ekonomi dan politik yang kotor sehingga arah bangsa yang sangat diharapkan warga negaranya tidak jelas, liar dan menjadi runyam, tidak terkendali.

Komentar