TAFSIR SURAT AL-ALAQ

 Tafsir Iqro’ S. Alaq

Kalimah Iqro’ yang populer disaat ini dibuat metode belajar pemula membaca Qur’an juz 1-6. Dan ada yang menafsirkan hanya: Bacalah alam. Tafsiran itu tidak salah akan tetapi tidak tertib dan hanya sepotong, sehingga sangat sedikit umat yang dapat memafahami. Sedangkan didalam kitab kitab Tafsir, kalimah Iqro’ surat Al-Alaq banyak tafsirannya akan tetapi ma’nanya bersekutu (musytarokah). Maka dari itu umat Muhammad wajib mempelajari makna kalimah Iqro’ Al-Alaq dan mempraktekkannya dengan kemampuan maksimal yang ada.
Agar tidak bias pemahamannya mudah dipraktekkan keterangan kitab kitab tafsir maka Iqro’ S Al-Alaq dibagi menjadi tiga bagian:
1-Iqro’ Qauliyah. Keterangan kitab Tafsir Jalalain dan  kitab yang setara: Wujudkan bacaan (huruf dan suaranya) dipermulaan. Standart bacaan: Asmaul Husna, istighfar, shalawat dan do’a.)            
2-Iqro’Kauniyah. Keterangan Kitab Tafsir Showi dan kitab kitab yang setara: Bacalah dan fahami (bacaan iqro’ qauliyah) serta bertafakkur pada kejadian wujud alam semesta, agar bertambah faham dan yaqin pada wujud Allah SWT sehingga bertambah patuh kepadaNya.     
3-Iqro’ Fi’liyah. Keterangan kitab Tafsir Kabir dan kitab kitab yang setara: Baca dan kerjakan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an sehingga menjadi manusia yang patuh dan pasrah sebab Dialah yang memiliki dan pasti kembali kepadaNya. Dan manusia hidup didunia itu sudah menerima perjanjian dari Allah di alam ruh, ketika mereka masih berupa bibit sperma. Mereka sudah menyaksikan bahwasanya Allah itu  Tuhannya, sehingga mereka lahir didunia dalam keadaan fitrah.
Dengan adanya kejelasan dan ma’na Iqro ’ S. Al-Alaq dalam kitab tafsir begitu banyak namun mustarakah (bersekutu) maka Allah SWT memberi petunjuk keleluasan pada syir’ah (praktek) dan minhaj (metode) yang disesuaikan dengan budaya qaum (umat) agar mudah diterima dan dipraktekkan    
Allah berfirman di ayat 4 S.Ibrahim:,, Dan Aku (Allah) tidak mengutus Rasul (dan penerus perjuangannya) kecuali dengan lisan (bahasa, rasa, tradisi, budaya) kaumnya agar dia dapat menjelaskan (agama) kepada mereka,, dan ayat 48 surat Al-Maidah: ,,Dan Aku (Allah) buatkan setiap umat diantara kamu sekalian syir’ah (praktek) dan minhaj (metode),,  Maka mengajarkan Islam pada ayat ayat tertentu, praktek (syir’ah) dan metode (minhaj) bisa berobah sesuai dengan budaya, bahasa, tempat dan zamannya. Namun harus tetap pada inti materi Firman dan tidak boleh keluar dari rana hukum syariah. Tidak semua syir’ah dan minhaj tabi’in, Imam Imam, para Sunan Ulama’ Saleh sama persis seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Dalam mengajarkan Iqro’ surat Al-A’laq pada masyarakat pribumi dengan “Iqro’ Ma’rifah” dalam mengenalkan Tuhan dan fungsi Tauhid kepada masyarakat dengan mengadakan lantunan-lantunan pujian yang menyentuh hati, para Sunan dan Ulama’ Shalih penyiar agama Islam pertama di Jawa membudayakan membaca pujian atau kidungan menggunakan bahasa daerah dan bahasa Arab seperti bacaan “Allah wujud, Qidam, Baqo’, dst.yang dilakukun sebelum shalat, belajar, mengaji, mengajar dan lain lain. Dan Rasulullah s.a.w tidak pernah pujian memakai bahasa Jawa atau bahasa Indonesia, Beliau hanya berbahasa Arab dan memakai minhaj (metode) budaya Arab.
S Al-Alaq pada zaman sunan ada yang menyamarkan dengan nama “Kitab Adam Makno” hal ini mereka lakukan agar orang Jawa bisa menerimanya. Makna kata ,,Kitab,, maksudnya adalah petunjuk, sementara kata ,,Adam,, bermakna manusia pertama yang diciptakan Allah. Kata ,,Makno,, mempunyai arti yang luas. Jadi Kitab Adam Makno itu:  Petunjuk awal dasar yang punya banyak arti, seperti Iqro’ S Al-Alaq. Kemudian diteruskan para pahlawan pendiri bangsa, membuat asas negara Pancasila juga mengambil dari butir butir surat Al-Alaq. Ketika asas agama Islam S. Al-Alaq dikaitkan dengan asas Negara Pancasila, butir butirnya ada hubungan dan kesamaan. (Cobalah kembali memperhatikan Asas Islam Standat Nusantara Indonesia. S.N.I).
Dan saat ini diangkatan Kepolisian sudah mulai membudayakan Iqro’ membaca Asmaul-Husna, untuk menguatkan sila kesatu Pancasila Ketuhanan yang maha Esa, namun masih kurang sempurna jika belum ditambah membaca istighfar shalawat dan do’a. Adakah aparat dan pejabat yang lain mau melakukannya sebagai contoh rakyatnya? Ketika menginginkan perobahan yang cepat. Sebetulnya hal itulah yang harus dilakukan dan tidak cukup hanya mengatur hukun, politik, ekonomi dan itu itu saja. Ketika Pancasila tidak diikrarkan, dipraktekkan bersama maka tunggu kesuksesan setelah ada unta bisa masuk dilubang jarum.   

Komentar